22 May 2015

Makalah Pengertian, Eetiologi, Gejela, Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Penanganan, Upaya Pencegahan Marasmus

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
MARASMUS
OLEH
DITA ANUGRAH PRATIWI
J1A112049
KELAS A
 JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ilmu Gizi (Nutrition Science) adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal tentang makanan dan dikaitkan dengan kesehatan tubuh. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, aspek ilmu gizi semakin berkembang pesat dan berperan penting dalam pengembangan sumberdaya manusia yang semakin diakui. Cakupan ilmu gizi sangat luas, termasuk teori dan penerapan yang melibatkan hampir seluruh fakor kehidupan demi menyelesaikan masalah gizi yang semakin kompleks pula. Dari segi kesehatan, masalah gizi di negara berkembang seperti di Indonesia hingga kini memerlukan peningkatan demi pemenuhan zat gizi bagi seluruh masyarakat. Melalui kegiatan peningkatan dan pemenuhan kualitas gizi tersebut, maka akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh, mandiri, dan kontributif dalam memberikan berbagai upaya pengembangan ilmu dan pelayanan kesehatan di berbagai bidang, termasuk bidang gizi sehingga dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan di masyarakat, khususnya menyelasaikan masalah marasmus yang terjadi di beberapa daerah pada suatu Negara berkembang. Selain kegiatan peningkatan dan pemenuhan kualitas gizi, terdapat lain yang harus dilakukan untuk menyelesaikan Pemberian pendidikan dasar ilmu gizi sangat penting bagi masyarakat, terlebih bagi pelaku kegiatan pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan. Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari-hari. Secara klinis gizi buruk terdapat dalam tiga tipe yakni kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwashiorkor
Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda, pada derajat yang ringan sampai berat. Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama diIndonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan masyarakat. Marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di lndonesia.

1.2 Rumusan masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian marasmus?
2. Bagaimana etiologi marasmus?
3. Bagaimana gejela marasmus?
4. Bagaimana patofisiologi marasmus?
5. Bagaimana manifestasi klinik marasmus?
6. Bagaimana penanganan marasmus?
7. Bagaimana upaya pencegahan marasmus?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui pengertian marasmus
2.        Untuk mengetahui etiologi marasmus
3.        Untuk mengetahui gejela marasmus
4.        Untuk mengetahui patofisiologi marasmus
5.        Untuk mengetahui manifestasi klinik marasmus
6.        Untuk mengetahui penanganan marasmus
7.        Untuk mengetahui pencegahan marasmus

1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Dapat mengetahui pengertian marasmus
2.        Dapat mengetahui etiologi marasmus
3.        Dapat mengetahui gejela marasmus
4.        Dapat mengetahui patofisiologi marasmus
5.        Dapat mengetahui manifestasi klinik marasmus
6.        Dapat mengetahui penanganan maramus
7.        Dapat mengetahui pencegahan marasmus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat terjadi bersama / tanpa disertai defisiensi protein. (Betz, 2002).
Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diit yang berlangsung lama yang akan menimbulkan gejala undernutrition yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti, anak masih menangis walaupun telah mendapat minum / susu, sering bangun waktu malam, konstitipasi / diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak pipi menghilang sehngga seperti wajah orang tua. (Mansjoer, 2000).
Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energi karena kelaparan, semua unsur diet kurang. Marasmus terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat, panyakit usus menahun, kelainan metabolik atau infeksi menahun seperti tuberkolosis (Arisman, 2004).
Marasmus adalah suatu pernyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein (Suriyadi, 2001).
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein, sebagai cadangan protein tubuh, mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen), sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu, sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin. Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

2.2 Etiologi
Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukkan zat gizi yang tidak adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan malabsorbsi, malformasi kongenital pada saluran pencernan, penyakit ginjal menahun, keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116). Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab – sebab marasmus antara lain :
1.        Pemasukan kalori yang tidak cukup, marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit.
2.        Pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidak tahuan orang tua si anak ; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
3.        Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orangtua dan anak terganggu.
4.        Kelainan metabolic. Misalnya : renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance. Malformasi kongenital misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

2.3 Gejala marasmus
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a.         Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b.        Wajah seperti orang tua
c.         Iga gambang dan perut cekung
d.        Otot paha mengendor (baggy pant)
e.         Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
Disumber lain dijelaskan gejala-gejala penderita Marasmus sebagai berikut:
a.         Perubahan psikis, anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b.        Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
c.         Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang, turgor jelek dan    kulit keriput.
d.        Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e.         Hipotoni akibat atrofi otot.
f.         Perut buncit.
g.        Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai.
h.        Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.

2.4 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

2.5 Manifestasi Klinik
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
l Badan kurus kering tampak seperti orangtua
l Lethargi
l Irritable
l Kulit keriput (turgor kulit jelek)
l Ubun-ubun cekung pada bayi
l Jaringan subkutan hilang
l Malaise
l Kelaparan
l Apatis

2.6 Penanganan Marasmus
1. Pemeriksaan Fisik :
l  Mengukur TB dan BB
l  Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
l  Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
l  Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium :
Albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap :
1.        Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2.        Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan.Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kgBB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi.

2.7 Upaya Pencegahan Penyakit Marasmus
Primordial prevention
Pencegahan primordial disini yaitu memberikan peraturan yang tegas kepada penderita marasmu untuk mencegah munculnya factor resiko. Seperti memberikan pendidikan kepada para ibu-ibu yang memiliki bayi, balita untuk di cukupkan asupan gizinya untuk menghindari malnutrisi dalam hal ini marasmus.

Primary prevention
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian penyakit atau gangguan sebelum penyakit marasmus itu terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam pencegahan primer. Perubahan gaya hidup, penyuluhan kesehatan masyarakat, skrining kesehatan, pendidikan kesehatan adalah di sekolah, kegiatan kesehatan perawatan pranatal yang baik, pilihan perilaku hidup yang baik, gizi yang cukup, kondisi keamanan dan kesehatan di rumah, sekolah atau tempat kerja, semuanya termasuk dalam aktivitas pencegahan primer. Langkah-langkah dan kegiatan pokok di dalam kesehatan masyarakat seperti sanitasi, pengendalian infeksi, imunisasi, pelindungan makanan, susu dan sumber air, pengamanan lingkungan dan perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja merupakan pencegahan yang amat cukup. Hygiene perorangan (penderita marasmus) dan langkah-langkah kesehatan masyarakat memiliki dampak yang besar terhadap epidemi penyakit menular. Imunisasi, pengendaian infeksi (misalnya cuci tangan), penyimpangan makanan dalam lemari pendingin, pengumpulan sampah, pengelolaan limbah padat dan cair, perlakuan dan perlindungan persediaan iar, dan sanitasi umum telah menurunkan ancaman penyakit infeksius di masyarakat. Penyakit kronis, gaya hidup, dan perilaku manusia saat ini merupakan faktor kontribusi utama penyebab kematian di Amerika Serikat dan negara industri negara lain.masalah kesehatan mental dan emosi, serta masalah kesehatan lingkungan. Langkah-langkah pencegahan di tingkat dasar saat ini harus diorientasi pada pengaturan perilaku dan gaya hidup serta mengubah pola pendapatan ekonomi untuk mencegah terejadinya busung lapar dan mal nutrisi/marasmus. Aktivitas dasar kesehatan masyarakat seperti promosi dan pencegahan tidak boleh diabaikan, dilalaikan, atau dikurangi. Jika kegiatan tersebut tidak dipertahankan pada tingkat yang tinggi, penyakit menular dapat kembali menjadi penyebab utama penderitaan, penyakit, dan kematian. Dengan tetap memelihara kegiatan kesehatan masyarakat, upaya di tingkat pencegahan primer harus di fokuskan pada perubahan perilaku individu dan perlindungan lingkungan. Dengan demikian, di masa mendatang, fokus terhadap pengobatan dan perawatan kesehatan yang di berikan dokter akan berkurang dan harus digantikan dengan upaya pencegahan primer termasuk dukungan ekonomi yang cukup untuk kegiatan dan program pencegahan.

Secondary prevention
Pada tahap pencegahan ini, penderita marasmu mestinya di berikan perhatian lebih untuk mempertahankan tubuh dan stamina serta imunitasnya. Sehingga penderita dapat bertahan sampai kepada tahap pemulihan.

Tertiary prevention
Sedangkan pada tahap ini, pencegahan dilakukan untuk mencegah jangan sampai bayi atau balita yang menderita penyakit marasmus mengalami cacat dan bertambah parahnya penyakit serta kematian. Pencegahan ini dapat berupa menjaga sanitasi lingkungan serta sanitasi makan untuk menghindari resiko munculnya penyakit lain.
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1.        Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.
2.        Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
3.     Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.
4.     Pemberian imunisasi.
5.     Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6.     Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha  pencegahan jangka panjang.
7.     Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
  
BAB III
PENUTUP

3. 1 Simpulan

l  Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat terjadi bersama / tanpa disertai defisiensi protein. (Betz, 2002).
l  Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
l  Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.

3.2 Saran

l  Perlunya perhatian dan partisipasi dari seluruh masyarakat untuk memperhatikan gizi anak, terutama asupan proteinnya, agar tidak ada lagi penderita gizi buruk di Indonesia.
l  Bagi pemerintah dan tenaga kesehatan diperlukan penyampaian informasi yang baik kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui penyuluhan baik itu melalui media elektronik maupun secara langsung tentang gizi.


marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus.

No comments:

Post a Comment

Berikanlah komentar yang sesuai dengan isi postingan.. No SPAM, No SARA.