GANGGUAN-GANGGUAN KEHAMILAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KESEHATAN IBU DAN ANAK
OLEH
DITA ANUGRAH
PRATIWI
J1A1 12 049
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami
oleh seluruh wanita di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita
harus mendapat penatalaksanaan yang benar. Karena ini semua berpengaruh
terhadap morbiditas dan mortalitas itu. Ini terbukti dengan angka kematian yang
tinggi di negara Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support dan memacu
untuk memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh
ibu yang mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian
khusus, untuk mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada
persalinan, baik penyakit komplikasi dan lain-lain.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilkan kehamilan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan
antenatal care merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan
ibu hamil dan mendeteksi adanya kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya
antenatal care sebagai deteksi dini adanya kehamilan yang beresiko tinngi
sebagai salah satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga antenatal care
diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu.
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat
masalah dan hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan
tanda-tanda kehamilan. Untuk itu ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih
sering memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan untuk mengurangi penyulit
saat inpartu.
Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan obstetrik dan neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil
memeberikan pelayanan sesuai dengan standart yang diterapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di
atas, maka rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
Apa saja gangguang-gangguan yang dapat terjadi saat kehamilan?
1.3 Tujuan Penyusunan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui
gangguang-gangguan yang dapat terjadi saat kehamilan.
1.4 Manfaat Penyusunan
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut: Dapat mengetahui gangguang-gangguan yang dapat terjadi saat kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PATOLOGI KEHAMILAN
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau
komplikasi yang menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Patologi
merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri dan
perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian
tubuh. Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli
patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli patologi
klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologis tubuh.
Patologi anatomi adalah spesialisasi medis yang berurusan
dengan diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan
molekuler atas organ, jaringan, dan sel. Di banyak negri, dokter yang
berpraktek patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik, diagnosis
penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.
Patologi anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh
informasi yang berguna secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang
umumnya melibatkan pameriksaan visual kasar dan mikroskopik pada jaringan,
dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk
menvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan dikelilingi sel. Kini,
patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperolah
informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama. Ada beberapa macam patologi
kebidanan yang harus di antisipasi oleh setiap bidan dan tenaga kesehatan
lainnya : patologi kehamilan, patologi persalinan, patologi nifas, asuhan
kebidanan patologi. Patologi kehamilan terdiri atas : Mola hidatidosa, Ketuban
pecah dini, Abortus, Kehamilan lewat waktu, Persalinan preterm, Kehamilan
ektopik, Solusio plasenta, Pre eklamsia, Eklamsia, Plasenta previa (Sujiatini,
2009).
Tanda
Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang
mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode
antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidakterdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).
2.2
KOMPLIKASI-KOMPLIKASI SEBAGAI AKIBAT LANGSUNG KEHAMILAN
A. Gestosis
1. Hiperemesis Gravidarum
a. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trismeter
1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80%
multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya
pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2009:40).
b. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,
namun diduga dipengarui oleh berbagai faktor berikut ini:
1.
Faktor presdisposisi seperti primigravida,
molahidatidosa, dan kehamilan ganda.
2.
Faktor organik seperti alergi masuknya
vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic akibat kehamilan,dan
resistensi ibu yang menurun.
3.
Faktor psikologis
c. Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen
yang meningkat dalam darah sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual
muntah yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi,hiponatremia, hipokloromia, serta penurunan klorida urine yang
selanjutnya mengakibatkan hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah
kejaringan dan menyebabkan tertimbunya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi
lemak tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak
hepar.Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-weiss),sehingga
terjadi pendarahan gastrointestinal (Mitayani, 2009:40-41).
d. Manifestasi klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum
dibagi menjadi tiga tingkatan:
1.
Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,menimbulkan
rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrium.
Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100 kali/menit,tekanan darah sistolik
turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan mata cekung.
2.
Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan
cepat, suhu tubuh terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu
turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau
aseton.
3.
Tingkat III
Kesadaran ibu turun dari somnolen hingga koma, muntah
berhenti, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin
turun.
e. Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diprlukan pengobatan
dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan
cerah dengan pertukaran udara yang baik. Kalori diberiakan secara perenteral
dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehahri.
2.
Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan
cairan.
3.
Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan
makan dan minum sedikit demi sedikit.
4.
Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
5.
Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic
seperti metoklopramid, disiklomin hidroklorida, atau klopromazin.
6.
Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu
bahwa penyakitnya bias disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan
kehamilan dan konflik yang melatarbelakangi hiperemasis (Mitayani,2009:40-41).
2.
Preeklampsia-eklampsia
a. Pengertian Pre
Eklamsi dan Eklamsi
Pre
Eklamsi dan Eklamsi adalah : Merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari tanda trias yaitu : hipertensi,
proteinuria, dan odema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.pada
ibu, namun hal tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya.(Muchtar. 1998. hal. 272-273 ).
Pre
eklamsi dan eklamsi adalah penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan,
dengan gejala utama penyakit hipertensi yang akut pada wanita hamil dan dalam
masa nifas. Pada tingkat tanpa kejang disebut pre eklamsia dan pada tingkat
dengan kejang disebut eklamsi (Djamhoer. 2005.hal. 68).
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa pre
eklamsi dan eklamsi merupakan merupakan penyakit yang dapat timbul pada saat
kehamilan.
b. Etiologi
Faktor
pencetusnya adalah : Jumlah usia ibu diatas 35 tahun. Distensi rahim berlebihan
pada primigravida, kehamilan kembar atau hamil mola, Penyakit yang menyertai
kehamilan seperti diabetes mellitus, dan kegemukan.
c. Gejala Klinis
Kenaikan tekanan darah, Odema kaki, tangan sampai muka,
Terjadi gejala
subjektif :
Kenaikan tekanan darah, Penglihatan kabur, Nyeri pada epigastium, Sesak nafas,
Berkurangnya urin, Penurunan kesadaran ibu hamil sampai koma, Terjadinya
kejang.
d. Komplikasi
1) Komplikasi pada
ibu: Lidah tergigit, Terjadi perlukaan dan fraktur, Gangguan pernafasan, Perdarahan
otak, Solusio plasenta, Merangsang persalinan.
2) Komplikasi pada
janin: Kematian bayi dalam kandungan (KJDK), Lahir prematur.
B. Perdarahan dalam
kehamilan
Perdarahan
Hamil Muda
1. Abortus
a.
Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang
dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray,2002).
b.
Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai
berikut :
1.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelaina
kromosom, lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
2.
Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid,
toksoplasmosis, dan HIV.
3.
Abnormalitas traktus genitalis, serviks
inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks, dan retroversion
uterus.
4.
Kelainan plasenta.
c.
Klasifikasi
Klasifikasi abortus dalah sebagai berikut :
1.
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi
masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
2.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3.
Abortus inkompletus adalah pengeliaran hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang
tertinggal dalam uterus.
4.
Abortus kompletus adalan abortus yang hasil
konsepsinya sudah dikeluarkan.
5.
Abortus servikalis adalah keluarnya hasil
konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka,
sehinga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar,
kurang lebih bundar dengan dinding.
6.
Missed abortion adalah kematian janin berusia
sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih.
7.
Abortus habitualis adalah abortus yang berulang
dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
8.
Abortus septik adalah abortus infeksius berat
disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
d.
Manifestasi klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat
juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan rasa perut nyeri bagian bawah.
e.
Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan
terjadi selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan untuk
relaksasi. Tetapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan.
Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui
pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortion jika janin tidak keluar
spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda
sampai dapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotik (Mitayani,
2009:22-23).
2. Mola Hidatidosa
a.
Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan)
yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga
hamil anggur atau mata ikan (Moctar, Rustam, dkk, 1998:238 dalam
Sujiatini,2009).
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan
pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan
degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau mola
hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumot jinak yang terjadi sebagai
akibat kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan
permukaan membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,2009).
b.
Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun
faktor penyebabnya adalah :
1.
Faktor ovum : ovum memang sudah patologik
sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2.
Imunoselektif dari tropobalast.
3.
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas
tinggi.
4.
Kekurangan protein.
5.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum
jelas (Moctar, Rustam, 1998: 238 dalam Sujiyatini,2009).
c.
Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1.
Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak
ditemukan janin.
2.
Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika
disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan
pathogenesis dari penyakit trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati
pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga
terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah
abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi cairan yang
berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih
menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat dari akumulasi cairan
yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komlpit pada minggu ke
tiga dan kelima. Adanya sirkulasi maternal yang terus-menerus dan tidak adanya
fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan (Silvia, Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).
d. Gambaran
klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola
hidatidosa” adalah:
1.
Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2.
Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung
berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3.
Perbesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
4.
Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan
tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau lebih.
5.
Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum
kehamilan 24 minggu (Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam sujiyatini, 2009).
e.
Penatalaksanaan Medik
1.
Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola
hidatidosa adalah : Diagnosis dini kan menguntungkan prognosis.
2.
Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini
akan menguntungkan prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya
sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan focus pada : a.Riwayat
haid terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak teratus atau spotting,
c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan servik dan korpus uteri. Kaji uji
kehamilan dengan pengenceran urin, pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau
DJJ sebelum upaya diagnosis.
3.
Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4.
Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan
hebat atau pervorasi uterus).
5.
Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun
(Sujiatini, 2009:8-9).
3. Kehamilan Ektopik
a.
Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi
di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks,
dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba
falopi (Murria,2002).
b.
Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui, kemungkinan
faktor yang memegang peranan adalah sebagai berikut.
1.
Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis,
hipoplasia lumen tuba.
2.
Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba,
diventrikel tuba congenital.
3.
Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan
pada tuba, tumor.
4.
Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in
vitro.
c.
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pada pasien dengan kehamilan ektopik
adalah senagai berikut :
1.
Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu
tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa
dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan lembek, walaupun
mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2.
Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda
dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala
yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya.
3.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan
ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara
tiba-tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
ibu pingsan dan masuk dalam syok.
4.
Perdarahan per vaginam merupakan salah satu tanda
penting yang kedua pada kehamilan ektopik tergamggu (KET). Hal ini menunjukkan
kematian janin.
5.
Amenore juga merupakan tanda yang penting pada
kehamilan ektopik. Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin, sehingga
dapat bervariasi (Mitayani, 2009:30).
d.
Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah
laparatomi.dalam tindakan demikian,beberapa hal harus diperhatikan dan
dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:
1.
Kondisi ibu pada saat itu
2.
Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi
reproduksinya.
3.
Lokasi kehamilan ektopik.
4.
Kondisi anatomis organ pelvis.
5.
Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6.
Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba Atau dapat dilakukan pembedahan konservatif.
Apabila kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok , lebih baik dilakukan
salpigektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belim
pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari
tindakan pembedahan (Mitayani, 2009:29-31).
Perdarahan
Hamil Tua
1. Plasenta Previa
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai
bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan
beratnya 500 gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki
mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi
imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan
plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium
uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau
belakang agak ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa,
antara lain :
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual
plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi
tidak didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang
dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu misalnya
pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih besar, keadaan
ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan
bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment
opname” yaitu saat penderita diperiksa (Mochtar, 2002).
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1.
Plasenta previa totalis,
Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
2.
Plasenta previa
parsialis, Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3.
Plasenta previa
marginalis, Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri
internum.
4.
Plasenta previa letak
rendah, Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri
internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).
a. Pengertian
Plasenta
previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal:
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya
pembukaan jalan lahir (Mochtar.1998. Hal. 269). Plasenta Previa adalah plasenta
yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya ostium
uteri internumn (prae
= didepan, vias=jalan)
(Djamhoer. 2005. hal. 83).
Dari
beberapa defenisi diatas dapat diketahui bahwa plasenta previa merupakan
plasenta yang berimplantasi pada tempat yang tidak normal.
b. Etiologi
Faktor
pencetusnya adalah : Pada primigravida hamil diatas usia 35 tahun (usia tua).
Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang. Adanya tumor seperti
mioma uteri dan polip endometrium. Kadang-kadang pada ibu yang malnutrisi.
c. Gejala Klinis
Sifat
perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan terjadi secara berulang. Pada
perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. Perdarahan pervaginam dari encer
sampai menggumpal (Muchtar. 1998. hal. 272-273 ).
d. Komplikasi
Komplikasi
pada ibu adalah : Letak janin tidak normal, sehingga menyebabkan partus akan
menjadi patologik, Perdarahan sampai syok, Infeksi karena perdarahan yang
banyak, Robekan-robek jalan lahir.
Komplikasi
yang dapat terjadi pada janin adalah : Bayi prematur atau mati (KJDK),
(Muchtar.1998. hal. 272-273 ).
2. Solusio Plasenta
a.
Pengertian
Solusio
plasenta adalah: pemisahan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang normal
kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa terjadi pada setiap
waktu setelah kehamilan 20 minggu (Danfourt. 2002. hal. 274).
Solusio
plasenta adalah: pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta dari tempatnya
berimplantasi sebelum anak lahir (Chalik. 1998. hal. 110). Solusio plasenta
adalah: suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
Istilah
lain dari solusio plasenta adalah ablation
plasentae, abruption plasentae, accidental hemorrhage dan premature separation
of the normali
implated placent (Mochtar. 1998. hal. 297).
Dari
beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa solusio plasenta merupakan
lepasnya plasenta dari tempatnya yang normal dan pelepasan terjadi pada saat
janin belum lahir.
b. Etiologi
Faktor
pencetus predisposisi terjadinya adalah: Hamil pada pada usia tua diatas 35
tahun, Mempunyai tekanan darah tinggi., Bersamaan dengan terjadinya pre eklamsia
dan eklamsia., Dan trauma langsung lainya., Tali pusat yang pendek (Hanifa.
1999. hal. 377).
c. Gejala klinisnya adalah:
Perdarahan
dengan rasa sakit, Perut terasa tegang, Gerakan janin berkurang/tidak terasa
lagi bergerak, Pada palpasi gerakan janin sulit diraba., Auskultasi jantung
janin (-) / tidak terdengar, Dinding perut sakit, Pada pemeriksaan dalam,
ketuban tegang dan menonjol,Uterus terjadi ganguan kontraksi dan atonia uteri
(Manuaba. 1998. hal. 256-260).
d.Komplikasi
Komplikasi
pada ibu : Perdarahan dapat menimbulkan : Variasi turunya tekanan darah sampai
keadaan syok. Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anenis
bahkan sampai syok. Keadaan bervariasi dari baik sampai koma, Gangguan
pembekuan darah dapat menimbulkan : Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi
darah yang menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis.
Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan
darah. Oliguria terjadi sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan
produksi urin makin berkurang, perdarahan postpartum, Pada solusio plasenta
sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah kedalam otot rahim, sehingga
mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan
pembekuan darah dapat menambah beratnya perdarahan.
Komplikasi
pada janin yang dikandung adalah : Perdarahan yang tertimbun dibelakang
plasenta dapat mengganggu sirkulasi darah janin, sehingga dapat menimbulkan
asfiksia ringan sampai berat, juga dapat menyebabkan kematian janin dalam
kandungan (Manuaba. 1998. hal. 261-262).
C. Kelainan dalam
lamanya kehamilan
1. Partus Prematurus
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari
dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut Mochtar (1998) partus prematurus
yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000
sampai 2500 gram. Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram
(Sastrawinata, 2003). Sedangkan menurut Manuaba (1998) partus prematurus adalah
persalinan yang terjadi di bawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan
berat janin kurang dari 2.500 gram.
Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa Partus Prematurus adalah persalinan yang terjadi pada saat
usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu
dengan berat badan bayi kurang dari 2500 gram.
Menurut Manuaba (1998), faktor predisposisi
partus prematurus adalah sebagai berikut:
1. Faktor ibu
Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20
tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit
menahun ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok),
faktor pekerjaan yang terlalu berat.
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi,
ketuban pecah dini.
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
Pencegahan
a.
Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
b.
Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan
persalinan preterm.
c.
Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian
KB-interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera
melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara
dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi / diobati.
d.
Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan
(Manuaba, 1998).
Partus prematurus menurut Mochtar (1998) dapat
dicegah dengan mengambil langkah-langkah berikut ini :
a.
Jangan kawin terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30
tahun).
b.
Perbaiki keadaan sosial ekonomi
c. Cegah
infeksi saluran kencing
d.
Berikan makana ibu yang baik, cukup lemak , dan protein
e.
Cuti hamil
f.
Prenatal care yang baik dan teratur
g.
Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak
2. Partus Serotinus
Menurut
Manuaba (1998), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu
42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu
atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Menurut Parwirohardjo (2005),
kehamilan lewat waktu atau post term adalah kehamilan yang melewati 294 hari
atau lebih dari 42 minggu. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan
serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu.
Etiologi
: Etiologi belum diketahui secara pasti
namun faktor yang dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak
cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena
postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998).
Patofisiologi
Serotinus :Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga
tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian
dalam rahim ( Manuaba, 1998).
Tanda
dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan.
Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari pertama haid
terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita
hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu, hal
ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk
memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban
(Muchtar, 1998).
Menurut
Muchtar (1998), pengaruh dari serotinus adalah :
a). Terhadap Ibu :
Pengaruh
postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir,
maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan perdarahan postpartum.
b). Terhadap Bayi :
Jumlah
kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan
40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh
postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah
besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang
terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak, distosia bahu, janin
besar, moulage.
D. Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Kejadian kehamilan ganda dipengaruhi oleh faktor keturunan,
umur dan paritas.
Gejala dan tanda: Perut lebih buncit dari
semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan, gerakan janin dirasakan lebih
banyak, uterus terasa lebih cepat membesar, pada palpasi bagian kecil teraba
lebih banyak, teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada 2 bollatmen,
terdengar 2 denyut jantung janin.
Penanganan dalam kehamilan: Perawatan prenatal
yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul,
periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
E. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur (Sarwono, 2008).
Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes (PROM) adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36
minggu tidak terlalu banyak.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketuban pecah dini, Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini (KPD), namun
penyebabnya secara langsung masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor yang lebih berperan sulit
diketahui (Sualman, 2009).
Mekanisme terjadinya
ketuban pecah dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum
disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah
karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh, bukan karena selaput ketuban rapuh.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.
Pada trimester tiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah
dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina (Sarwono, 2008).
Tanda dan Gejala : Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi
ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
cairan vagina berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, disertai dengan demam/menggigil, juga
nyeri pada perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami amnionitis
(Saifuddin, 2002).
2.3 PENYAKIT DAN KELAINAN YANG TIDAK LANGSUNG BERHUBUNGAN DENGAN
KEHAMILAN
1. Anemia
Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada
saat proses persalinan (BKKBN, 2003, p.24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 g% pada
trimester 1 dan 3 dan <10,5 g % pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan
dampak buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus,
abortus, kematian janin, cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008, p. 281).
Gejala dan tanda: Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan,
sementara tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi.
Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan,
2008/2009)
Penanganan umum: Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan
mengkonsumsi makanan bergizi dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300
kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup mencegah anemia
(Maulana, 2008, p. 187).
2. Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat mengakibatkan anemia
dan dapat menyebabkan keguguran.
Gejala dan tanda: Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan
malaria berat lainnya.
Penanganan: Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin
dengan dosis 300 mg/minggu.
3. TBC paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis. Sebagian
besar kuman tuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan perubahan
pada sistem pernafasan.
Gejala dan tanda: Batuk menahun, batuk darah dan kurus kering.
Penanganan: Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan
dicampurkan dengan wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal.
Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya
dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan,
untuk menjamin istirahat dan makanan yang cukup, serta pengobatan yang intensif
dan teratur. (Mansjoer, 2001, p. 287).
4. Penyakit jantung
Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus ekstra hati-hati.
Jangan sampai terlalu kecapaian dan jaga kenaikan berat badan agar beban kerja
jantung bisa berkurang.
Gejala dan tanda: Cepat merasa lelah, jantungnya berdebar-debar,
sesak napas apabila disertai sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa
berat pada kehamilan muda, dan mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang
tidak sesuai.
5. Diabetes mellitus
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan
insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan
insulin secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas,
yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan
sebagai bahan bakar tubuh.
Gejala dan tanda: Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan
bayi mengalami cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan
kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang
dari normal), dan sakit kuning.
Penanganan: Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu
hamil harus memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani
pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderita penyakit ini. (Prawirohardjo,
2008, p. 290).
6. Infeksi menular
seksual pada kehamilan
Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit tersebut (Sjaiful,
2008, p. 921).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau
komplikasi yang menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan sehari
hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang
paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu setelah
haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80% multigravida mengalami mual
muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000
kehamilan (Mitayani, 2009:40). Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang
mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode
antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidakterdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).
3.2 Saran
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat
masalah dan hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan
tanda-tanda kehamilan. Untuk itu ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih
sering memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan untuk mengurangi penyulit
saat inpartu. Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan
obstetrik dan neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil memeberikan
pelayanan sesuai dengan standart yang diterapkan.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletethanks i like your page
ReplyDeletehttp://yvc-i-gc012.blogspot.co.id/
dapusnya dong kak, makasihhh^^
ReplyDelete