GIZI KESEHATAN
MASYARAKAT
MARASMUS
OLEH
DITA ANUGRAH PRATIWI
J1A112049
KELAS A
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu
Gizi (Nutrition Science) adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal tentang
makanan dan dikaitkan dengan kesehatan tubuh. Seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, aspek ilmu gizi semakin berkembang pesat dan berperan penting
dalam pengembangan sumberdaya manusia yang semakin diakui. Cakupan ilmu gizi
sangat luas, termasuk teori dan penerapan yang melibatkan hampir seluruh fakor
kehidupan demi menyelesaikan masalah gizi yang semakin kompleks pula. Dari segi
kesehatan, masalah gizi di negara berkembang seperti di Indonesia hingga kini
memerlukan peningkatan demi pemenuhan zat gizi bagi seluruh masyarakat. Melalui
kegiatan peningkatan dan pemenuhan kualitas gizi tersebut, maka akan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh, mandiri, dan
kontributif dalam memberikan berbagai upaya pengembangan ilmu dan pelayanan
kesehatan di berbagai bidang, termasuk bidang gizi sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan kesehatan di masyarakat, khususnya menyelasaikan masalah marasmus
yang terjadi di beberapa daerah pada suatu Negara berkembang. Selain kegiatan
peningkatan dan pemenuhan kualitas gizi, terdapat lain yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan Pemberian pendidikan dasar ilmu gizi sangat penting bagi
masyarakat, terlebih bagi pelaku kegiatan pencegahan dan peningkatan derajat
kesehatan. Gizi
buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein (KEP) dalam makanan sehari-hari. Secara klinis gizi buruk terdapat
dalam tiga tipe yakni kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwashiorkor
Kurang Energi Protein (KEP)
merupakan salah satu penyakit gangguan gizi
yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang
berbeda-beda, pada derajat yang ringan sampai berat. Kurang kalori protein
merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama diIndonesia. Upaya
untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai
program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan
masyarakat. Marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan
higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta
terjadinya krisis ekonomi di lndonesia.
1.2 Rumusan masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian marasmus?
2. Bagaimana etiologi marasmus?
3. Bagaimana gejela marasmus?
4. Bagaimana patofisiologi marasmus?
5. Bagaimana manifestasi klinik marasmus?
6. Bagaimana penanganan marasmus?
7. Bagaimana upaya pencegahan marasmus?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk mengetahui
pengertian marasmus
2.
Untuk mengetahui
etiologi marasmus
3.
Untuk mengetahui gejela
marasmus
4.
Untuk mengetahui
patofisiologi marasmus
5.
Untuk mengetahui
manifestasi klinik marasmus
6.
Untuk mengetahui
penanganan marasmus
7.
Untuk mengetahui
pencegahan marasmus
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Dapat mengetahui
pengertian marasmus
2.
Dapat mengetahui
etiologi marasmus
3.
Dapat mengetahui gejela
marasmus
4.
Dapat mengetahui
patofisiologi marasmus
5.
Dapat mengetahui
manifestasi klinik marasmus
6.
Dapat mengetahui
penanganan maramus
7.
Dapat mengetahui
pencegahan marasmus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Marasmus adalah
malnutrisi energi protein berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber
energi (kalori) dapat terjadi bersama / tanpa disertai defisiensi protein.
(Betz, 2002).
Marasmus adalah
kekurangan kalori dalam diit yang berlangsung lama yang akan menimbulkan gejala
undernutrition
yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti, anak
masih menangis walaupun telah mendapat minum / susu, sering bangun waktu malam,
konstitipasi / diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak
pipi menghilang sehngga seperti wajah orang tua. (Mansjoer, 2000).
Marasmus adalah suatu
bentuk malgizi protein energi karena kelaparan, semua unsur diet kurang.
Marasmus terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat, panyakit usus
menahun, kelainan metabolik atau infeksi menahun seperti tuberkolosis (Arisman,
2004).
Marasmus adalah suatu
pernyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein (Suriyadi, 2001).
Marasmus adalah gangguan
gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti
orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan
tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit,
gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak
sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa
lapar.
Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses
katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari
energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping
membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan
fisiologis yang penting bagi tubuh untuk mengatur tekanan air, dengan adanya
tekanan osmose dari plasma protein, sebagai cadangan protein tubuh, mengontrol
perdarahan (terutama dari fibrinogen), sebagai transport yang penting untuk
zat-zat gizi tertentu, sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari
gamma globulin. Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin,
fibrinogen.
2.2 Etiologi
Etiologi dari penyakit marasmus antara lain
masukkan zat gizi yang tidak adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat,
kelainan metabolik dan malabsorbsi, malformasi kongenital pada saluran
pencernan, penyakit ginjal menahun, keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).
Marasmus dapat terjadi
pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang
diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr.
Solihin, 1990:116). Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang
dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik,
atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
Marasmus ialah suatu
bentuk kurang kalori protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari
interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor
lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak
lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar
sebab – sebab marasmus antara lain :
1.
Pemasukan kalori yang tidak cukup, marasmus terjadi akibat masukan
kalori yang sedikit.
2.
Pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat
dari ketidak tahuan orang tua si anak ; misalnya pemakaian secara luas susu
kaleng yang terlalu encer.
3.
Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai
hubungan orangtua dan anak terganggu.
4.
Kelainan metabolic. Misalnya : renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance. Malformasi kongenital
misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus,
cystic fibrosis pancreas.
2.3 Gejala marasmus
Berikut adalah gejala
pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a.
Anak tampak sangat kurus
karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang
terbungkus kulit
b.
Wajah seperti orang tua
c.
Iga gambang dan perut
cekung
d.
Otot paha mengendor (baggy pant)
e.
Cengeng dan rewel,
setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
Disumber lain
dijelaskan gejala-gejala penderita Marasmus sebagai berikut:
a.
Perubahan psikis, anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat
minum.
b.
Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
c.
Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang, turgor
jelek dan kulit keriput.
d.
Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi
dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e.
Hipotoni akibat atrofi otot.
f.
Perut buncit.
g.
Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai.
h.
Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
2.4 Patofisiologi
Kurang kalori
protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,
protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa
jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
2.5 Manifestasi Klinik
Pada mulanya
ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi
berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi
dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi
menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot
dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula
bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya
konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan
buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain itu
manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
l Badan kurus kering tampak
seperti orangtua
l Lethargi
l Irritable
l Kulit keriput (turgor
kulit jelek)
l Ubun-ubun cekung pada
bayi
l Jaringan subkutan hilang
l Malaise
l Kelaparan
l Apatis
2.6 Penanganan Marasmus
1. Pemeriksaan Fisik :
l Mengukur TB dan BB
l Menghitung indeks massa
tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
l Mengukur ketebalan
lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi
lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50%
dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan
sekitar 2,5 cm pada wanita.
l Status gizi juga dapat
diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam
tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium :
Albumin,
kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
Tujuan
pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan
tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi
dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang
baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok,
asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan
penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap :
1.
Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu
tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi
atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah
larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan
sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam
pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2.
Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak
memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dengan
penyesuaian terhadap pemberian makanan.Pada hari-hari pertama jumlah kalori
yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg
BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara
berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari
dengan protein 3-5 g/kgBB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet
tinggi.
2.7 Upaya Pencegahan Penyakit Marasmus
Primordial
prevention
Pencegahan primordial
disini yaitu memberikan peraturan yang tegas kepada penderita marasmu untuk
mencegah munculnya factor resiko. Seperti memberikan pendidikan kepada para
ibu-ibu yang memiliki bayi, balita untuk di cukupkan asupan gizinya untuk
menghindari malnutrisi dalam hal ini marasmus.
Primary prevention
Pencegahan primer
meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian penyakit atau
gangguan sebelum penyakit marasmus itu terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan
kesehatan, dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam
pencegahan primer. Perubahan gaya hidup, penyuluhan kesehatan masyarakat,
skrining kesehatan, pendidikan kesehatan adalah di sekolah, kegiatan kesehatan
perawatan pranatal yang baik, pilihan perilaku hidup yang baik, gizi yang
cukup, kondisi keamanan dan kesehatan di rumah, sekolah atau tempat kerja, semuanya
termasuk dalam aktivitas pencegahan primer. Langkah-langkah dan kegiatan pokok
di dalam kesehatan masyarakat seperti sanitasi, pengendalian infeksi,
imunisasi, pelindungan makanan, susu dan sumber air, pengamanan lingkungan dan
perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja merupakan pencegahan yang
amat cukup. Hygiene perorangan (penderita marasmus) dan langkah-langkah
kesehatan masyarakat memiliki dampak yang besar terhadap epidemi penyakit
menular. Imunisasi, pengendaian infeksi (misalnya cuci tangan), penyimpangan
makanan dalam lemari pendingin, pengumpulan sampah, pengelolaan limbah padat
dan cair, perlakuan dan perlindungan persediaan iar, dan sanitasi umum telah
menurunkan ancaman penyakit infeksius di masyarakat. Penyakit kronis, gaya hidup,
dan perilaku manusia saat ini merupakan faktor kontribusi utama penyebab
kematian di Amerika Serikat dan negara industri negara lain.masalah kesehatan
mental dan emosi, serta masalah kesehatan lingkungan. Langkah-langkah
pencegahan di tingkat dasar saat ini harus diorientasi pada pengaturan perilaku
dan gaya hidup serta mengubah pola pendapatan ekonomi untuk mencegah
terejadinya busung lapar dan mal nutrisi/marasmus. Aktivitas dasar kesehatan
masyarakat seperti promosi dan pencegahan tidak boleh diabaikan, dilalaikan,
atau dikurangi. Jika kegiatan tersebut tidak dipertahankan pada tingkat yang
tinggi, penyakit menular dapat kembali menjadi penyebab utama penderitaan,
penyakit, dan kematian. Dengan tetap memelihara kegiatan kesehatan masyarakat,
upaya di tingkat pencegahan primer harus di fokuskan pada perubahan perilaku
individu dan perlindungan lingkungan. Dengan demikian, di masa mendatang, fokus
terhadap pengobatan dan perawatan kesehatan yang di berikan dokter akan
berkurang dan harus digantikan dengan upaya pencegahan primer termasuk dukungan
ekonomi yang cukup untuk kegiatan dan program pencegahan.
Secondary prevention
Pada tahap pencegahan ini, penderita marasmu
mestinya di berikan perhatian lebih untuk mempertahankan tubuh dan stamina
serta imunitasnya. Sehingga penderita dapat bertahan sampai kepada tahap
pemulihan.
Tertiary
prevention
Sedangkan pada tahap ini, pencegahan dilakukan
untuk mencegah jangan sampai bayi atau balita yang menderita penyakit marasmus
mengalami cacat dan bertambah parahnya penyakit serta kematian. Pencegahan ini
dapat berupa menjaga sanitasi lingkungan serta sanitasi makan untuk menghindari
resiko munculnya penyakit lain.
Tindakan pencegahan
terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab
diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang
baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1.
Pemberian air susu
ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk
bayi.
2.
Ditambah dengan
pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
3.
Pencegahan penyakit
infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.
4.
Pemberian imunisasi.
5.
Mengikuti program
keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6.
Penyuluhan/pendidikan
gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
7.
Pemantauan
(surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
BAB III
PENUTUP
3. 1 Simpulan
l Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang disebabkan
oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat terjadi bersama / tanpa
disertai defisiensi protein. (Betz, 2002).
l Marasmus dapat terjadi
pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang
diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
l Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat
dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut
memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan
dan penyuluhan gizi.
3.2 Saran
l Perlunya perhatian dan
partisipasi dari seluruh masyarakat untuk memperhatikan gizi anak, terutama
asupan proteinnya, agar tidak ada lagi penderita gizi buruk di Indonesia.
l Bagi pemerintah dan tenaga
kesehatan diperlukan penyampaian informasi yang baik kepada seluruh masyarakat
Indonesia melalui penyuluhan baik itu melalui media elektronik maupun secara
langsung tentang gizi.
marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus, marasmus.
No comments:
Post a Comment
Berikanlah komentar yang sesuai dengan isi postingan.. No SPAM, No SARA.